Akankah Kesepian ini Berlanjut?
Kesepianku
Ya kesepian. Kesepian ini sudah berteduh dalam jiwa ini tidak begitu lama. Entah mengapa, saya juga tidak mengetahui dengan pasti alasannya mendatangi diriku yang sedang menyendiri. Kata sepi sudah sangat familiar bagi semua orang termasuk sang penulis. Sepi merangsang banyak perspektif dari ribuan, jutaan, miliaran dan triliunan kepala di seluruh jagat raya. Ada yang mengatakan sepi atau kesepian itu sungguh sangat menyakitkan. Disisi lain ada yang berpendapat lain. Semuanya itu merupakan hal yang wajar.
Dan hari ini sepi itu tidak pernah mengetuk atau memangil nama saya. Dia langsung masuk ke lubuk hatiku yang paling dalam. Hanya dialah tamu saya hari ini. Sungguh spesial. Ya sungguh spesial. Sebagai tuan rumah yang baik saya ingin menemani sang tamu tak diundang ini. Sejenak saya saya berpikir, apa yang harus saya lakukan menghadapi kuatnya tatapan sang sepi. Menit berganti menit dan jam berganti jam. Tamuku tak ujung pulang.
Kutuangkan segelas susu murni agar dia lekas segar dan pulang meninggalkanku. Tapi dia tidak mau beranjak dari gubukku yang sudah lapuk. Kubiarkan dia beristirahat sesaat di raga ini mungkin dia agak lelah. Dia juga tidak kunjung pulang.
Dan akupun mulai gusar dan muak. Seharusnya saya tidak marah dan ganas dengan tamuku. Toh dia pasti akan pulang. Tamuku yang lugu ini mungkin tidak akan melanglang buana di istana ragaku jika istana yang lain dapat mengerti apa yang saya rasakan. Iya. Mengerti apa yang saya rasakan. Memang susah mengajak istana empunya orang lain, karena mereka memiliki penjaga yang sangar dan garang. Atau instanakulah yang enggan membuka pintu emasnya untuk yang lain? Mungkin iya ataupun mungkin tidak.
Sudahlah...
Tidak perlu mempertanyakan istana mereka. Peliharalah istanamu sendiri. Suatu saat nanti istana nan megah akan membuka pintu emasnya untuk menjemput istanamu dan kesepian pun akan hilang.
Yogyakarta, 17 November 2015
0 komentar: